Total Tayangan Halaman

Minggu, 18 Mei 2014

Memahami Retorika oleh Prof Tommy F Awuy (Dosen FIB UI jurusan Filsafat)

Mungkin pemahaman kita tentang apakah itu "retorika" yang perlu dibedah! "Retorilka" pada hematnya bukanlah "permainan kata-kata /non-sense".  Kenapa tiap kita mendengar kata "retorika" yang terkesan itu adalah "pernyataan politik yang nonsense"?. "Retorika" diciptakan oleh kaum sofis, yunani kuno, dalam payung bahasa sebagai kesadaran mereka akan kekuatan komunikatif bahasa. Kaum sofis yunani kuno juga dianggap pencipta gramatik yang sangat piawai dan berpengaruh, yang lalu mendapat tandingan kuat dari socrates. Kaum sofis dianggap juga sebagai penemu konsep "relativisme" karena bagi mereka tak ada realitas yang tetap dan objektif/fix!.  Kaum sofis juga adalah penemu pertama konsep "humanisme" dengan semboyan pentolannya, protagoras, "manusia adalah ukuran segalanya"

Kaum sofis juga yang membuka mazab bahasa sebagai "konvensi".  Bahasa adalah logos (speech) ekspresi demi tercapainya kepentingan diri. Karena bahasa merupakan ekspresi pemenuhan kepentingan diri maka di sinilah manusia menyusun bahasa sebagai komunikasi kekuasaan (retorika)! Socrates/plato-lah kemudian yang mengritik konsepsi bahasa sebagai komunikasi-kuasa sebagai retorika yang tak menunjuk pada fakta-logika.  Socrates/plato menyindir kaum sofis sebagai mazhab yang hidup dengan menjual bahasa/pengetahuan, sungguh bukan sikap ideal filsuf!.  Bagi plato bahasa retorika kaum sofis tidak bisa dijadikan sebagai teori pegetahuan (episteme) karena cuma 'doxa' (opini). Namun murid plato, aristoteles berbeda pendapat, baginya retorika=jalan positif bagi tujuan utama moral yaitu 'virtue' (kebajikan).  Dan moral bagi aristoteles merupakan dasar bagi kehidupan bermasyarakat di mana retorikalah yang mampu mengungkapkannya. Retorika bagi aristoteles jadinya lebih cenderung dilihat sebagai berlandaskan moral, se-mata-mata demi pencapaian kebajikan (virtue) Karena moral adalah dasar bagi politik dan politik didasari oleh bahasa-kuasa (retorik) maka jelas para politikus wajib paham retorika.  Retorika bukanlah bahasa non-sense, melainkan mengarahkan masyarakat pada tujuan hidup, virtue, kebahagiaan penuh (aman/nyaman/sejahtra, kale)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar